Mengelola Perubahan Suku Bunga
Prospek 2025: Inovasi dalam diversifikasi
Setelah hasil pemilu AS diketok palu, prospek untuk aset-aset berisiko tampak positif. Terdapat juga prediksi soft landing untuk ekonomi AS dan dunia terlepas dari potensi volatilitas yang ada di depan mata. Risiko tetap ada karena harga pasar berada dalam siklus pemangkasan suku bunga yang masih dapat berubah dengan kembalinya inflasi. Kami pikir, sekarang adalah waktu yang tepat untuk menimbang ulang alokasi aset Anda. Caranya yaitu dengan mengikuti gerak kurva risiko atau menambah aset non-likuid, seperti utang privat dan infrastruktur. Seiring dengan meningkatnya potensi perang dagang dan tarif, pengelolaan aset yang aktif akan sangat penting untuk menentukan arah perekonomian global yang mengharuskan investor untuk bersikap selektif.
Poin-poin penting
- Kami memperkirakan ekonomi AS akan mencapai soft landing sehingga inflasi akan melambat dan resesi bisa terhindarkan. Hasil ini akan membawa angin segar bagi aset berisiko, terutama jelasnya ekuitas AS, yang kami rasa akan tetap menarik untuk dilirik terlepas dari valuasinya yang tinggi.
- Keberagaman dinamika ekonomi global, dengan AS yang makin melaju pesat mendahului Eropa dan Jepang, dapat berlanjut selama periode kedua kepemimpinan Donald Trump. Investor mungkin perlu menyesuaikan diri dengan kondisi geopolitik yang terdampak perang dagang dan tarif.
- Perkiraan pemangkasan suku bunga akan mendukung pasar obligasi. Namun, inflasi berpotensi kembali sehingga investor harus bersiap menghadapi kemungkinan hambatan jika pemangkasan suku bunga tertunda.
- Investor mungkin perlu bergerak mengikuti spektrum risiko dengan mengalokasikan ulang aset yang saat ini tersimpan dalam kas atau reksa dana pasar uang berisiko rendah ke peluang “berisiko menengah” dalam pasar pendapatan tetap atau privat demi mengimbangi area dengan paparan risiko tinggi.
- Aset non-likuid dapat menjadi sarana diversifikasi yang makin signifikan karena pertumbuhan utang privat dan infrastruktur dipercepat oleh peraturan baru di Eropa untuk meningkatkan aliran masuk investor ritel.
Baca bagian di bawah ini untuk pandangan para ahli kami terkait pandangan Prospek 2025
-
Prediksi AS soft landing: terpilihnya Trump jadi faktor risiko
“Pertumbuhan masih ada, tetapi tidak cukup kuat untuk menghentikan tekanan inflasi. Karena itu, ada peluang besar pemangkasan suku bunga lagi oleh The Fed AS (US Federal Reserve). Pasar keuangan, baik obligasi maupun ekuitas, dapat berjalan baik dalam skenario itu.”
Stefan Hofrichter
Head of Global Economics & Strategy
Ekonomi AS berhasil membantah dugaan resesi yang membayang. Prediksi kami, pertumbuhannya akan terus menguat melampaui ekonomi negara maju lainnya pada tahun 2025 meskipun lajunya cenderung lambat daripada tahun 2024. Skenario dasar kami tetap berupa "soft landing" untuk ekonomi AS dan dunia, di mana pertumbuhan melambat – dan inflasi turun – tanpa resesi. Kami memperkirakan pertumbuhan AS akan menyentuh sekitar 2% pada tahun 2025 yang sejalan dengan tren laju pertumbuhan.
Pertumbuhan di zona euro lebih rendah, yaitu di bawah 1%. Jerman sebagai ekonomi terbesar di Eropa pun terkontraksi selama dua tahun berturutturut pada tahun 2024. Demikian pula dengan ekonomi Jepang yang melambat. Pada tahun 2025, kami memperkirakan pertumbuhan PDB di kawasan Eropa dan Jepang akan mendekati tren laju pertumbuhannya – sedikit melebihi 1%.
Aktivitas ekonomi di negara maju secara keseluruhan menguat dari perkiraan kami pada awal tahun 2024. Menurut sebagian besar peserta pasar keuangan, tren pertumbuhan moderat ini kemungkinan akan berlanjut pada tahun 2025. Pada saat yang sama, inflasi diperkirakan akan menurun, bahkan makin mendekati target bank sentral sebesar 2%.
Yang masih abu-abu di sini adalah arah perkembangan situasi saat Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden AS. Pengeluaran besarbesaran yang diusulkannya dapat meningkatkan pertumbuhan AS dalam jangka pendek. Namun, imbas dari tarif yang lebih tinggi bagi mitra perdagangan AS juga dapat merusak prospek Eropa. Kita harus mengamati sejauh mana janji-janji kampanye yang digaungkannya diwujudkan menjadi kebijakan.
Ketahanan AS didukung oleh lapangan kerja baru dan peningkatan keuntungan perusahaan
Data ini konsisten dengan skenario perkembangan moderat kami saat ini. Di AS, momentum sudah jelas melambat di pasar tenaga kerja dalam beberapa kuartal terakhir. Akan tetapi, pelaku bisnis terus menambah karyawan baru setiap bulannya sehingga mendukung pengeluaran rumah tangga. Tak hanya itu, keuntungan perusahaan juga terus naik meskipun moderat (lihat Bagan 1). Pendapatan menjadi pendorong utama pengeluaran bisnis, dan oleh karena itu, merupakan indikator penting dan utama untuk seluruh ekonomi. Jadi, yang bisa kami simpulkan adalah; Pertumbuhan masih ada, tetapi tidak cukup kuat untuk menghentikan tekanan inflasi. Karena itu, ada peluang besar pemangkasan suku bunga lagi oleh The Fed AS (US Federal Reserve). Pasar keuangan, baik obligasi maupun ekuitas, dapat berjalan baik dalam skenario itu.
Waspadai risiko kembali melonjaknya inflasi dan kondisi geopolitik
Namun, belum ada jaminan kondisi akan stabil. Di AS, tetap ada risiko yang cukup besar akan kembali melonjaknya inflasi atau ekonomi tergelincir menuju resesi. Pasalnya, karena suku bunga memuncak di AS pada akhir 2023, kinerja pasar keuangan rata-rata baik.
Kondisi keuangan secara luas telah melonggar – artinya perusahaan dan rumah tangga pribadi akan mampu mengakses pendanaan dengan lebih mudah dan lebih terjangkau. Hal ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, jika pertumbuhan melonjak pesat dari ekspektasi – misalnya karena belanja pemerintah yang naik selama rezim baru di bawah Trump – siklus inflasi mungkin akan menyusul. Ekonomi AS masih bergulat dengan sejumlah tekanan inflasi – dampak yang sempat tertunda dari pertumbuhan uang yang kuat sebelumnya, deglobalisasi, dinamika upah akibat demografi, dan dekarbonisasi. Oleh karena itu, jika pertumbuhan meningkat, The Fed dan pasar keuangan mungkin perlu memikirkan kembali langkah pemangkasan suku bunga.
Sementara itu, sejumlah faktor yang membuat kami menyebutkan adanya risiko resesi pada tahun 2024 masih tetap ada. Contohnya, kurva imbal hasil yang terbalik, sebagai indikator potensi resesi yang andal, baru mulai kembali menajam pada bulan September 2024. Ini terjadi beberapa bulan menjelang empat resesi AS yang terakhir.
Lalu, ada risiko geopolitik yang menjadi kekhawatiran banyak investor, khususnya di tengah ketidakpastian selama masa jabatan periode kedua Trump. Meningkatnya konflik di Timur Tengah atau Ukraina dapat menciptakan ketidakpastian pada prospek pertumbuhan dan inflasi global, terutama jika terjadi peningkatan harga energi yang tajam. Namun, peristiwa geopolitik biasanya memicu ketidakstabilan jangka pendek daripada dampak pasar jangka panjang.
Dengan soft landing di depan mata, kami bersikap positif terhadap aset berisiko
Bagaimana faktor-faktor ini membentuk pandangan kami terhadap prospek pasar keuangan? Dengan mengantisipasi soft landing untuk ekonomi AS, artinya kami tetap berpegang pada aset-aset yang berisiko meskipun ekuitas AS berharga tinggi, spread obligasi perusahaan sangat ketat, dan volatilitas pasar sangat rendah sehingga bisa saja mengejutkan investor ketika naik tajam. Imbal hasil obligasi pemerintah mulai terlihat menarik lagi setelah melemah pada musim gugur. Di lingkungan pasar yang cenderung bergerak lebih dinamis dari biasanya dalam beberapa bulan ke depan, investor perlu aktif mengelola portofolionya.
Bagan 1: Keuntungan perusahaan AS meningkat
Pertumbuhan laba perusahaan non-keuangan dari Pendapatan dan Produk Nasional AS (perubahan dari tahun ke tahun, dalam %)
Sumber: LSEG Datastream, AllianzGI Economics & Strategy. Data per November 2024
APA FOKUS UTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN INVESTOR PADA TAHUN 2025?
Sesuai kutipan terkenal dari James Carville, penasihat Bill Clinton, “Ini masalah ekonomi!” Fundamental ekonomi, termasuk kebijakan moneter, akan mendominasi prospek pasar keuangan pada tahun 2025. Perkembangan politik juga penting, tetapi kami rasa tak begitu signifikan.
-
Ambil pendekatan baru di tengah kondisi volatil
“Kami memperkirakan akan ada megatren global dominan yang akan berlanjut hingga tahun 2025 dan seterusnya. Banyak pelaku pasar yang kini menerapkan transisi energi dan faktor keberlanjutan dalam pendekatannya. Potensi terjadinya kembali kebijakan "ramah lingkungan" di AS kemungkinan tidak akan berdampak negatif seperti yang dikhawatirkan.”
Virginie Maisonneuve
Global CIO Equity
Pasar ekuitas global mulai mengamati lanskap politik baru setelah pemilu AS. Sementara ada kekhawatiran akan timbulnya inflasi akibat potensi perubahan arah kebijakan dari Washington, mengingat arah gerak pertumbuhan dan inflasi pada tahun 2024, kami masih yakin bahwa ekonomi-ekonomi besar negara maju akan mencapai soft landing dan resesi yang signifikan mampu dihindari. Kenyataannya, ketahanan ekonomi terlihat di banyak negara, terutama di AS.
Pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada bulan September diperkirakan akan mencapai 50 poin basis, dan bukan 25 poin seperti ekspektasi sebagian pihak. Meski demikian, ini tetap mengejutkan sebagian investor. Ke depannya, ketahanan ekonomi dan potensi tren inflasi yang terganggu oleh dampak inflasi akibat tarif akan membawa pasar untuk menilai kembali, sekali lagi, arah normalisasi suku bunga, terutama di AS.
Fokus pada perusahaan berkapitalisasi tinggi
Meskipun pasar ekuitas global – dan khususnya di AS – terlihat optimistis dengan prospek pemerintahan Trump yang kedua kalinya, investor harus tetap waspada akan ketidakpastian yang timbul seputar kemungkinan dampak perubahan radikal dalam kebijakan terhadap perdagangan, imigrasi, dan bidang lainnya. Optimisme pasar ini didukung oleh ekspektasi deregulasi di berbagai sektor – khususnya, sektor teknologi – di bawah kepemimpinan presiden baru. Konsentrasi pasar di AS mencapai rekor tertingginya sejak tahun 1930-an (lihat Bagan 2) dan kami memperkirakan deregulasi dapat membantu memicu perluasan pasar sehingga membawa keuntungan bagi perusahaan berkapitalisasi tinggi, khususnya dalam sektor teknologi.
Bagan 2: Konsentrasi di pasar ekuitas AS telah mengukir sejarah
Kapitalisasi pasar saham terbesar dibandingkan dengan persentil ke-75*
* Set data ini terdiri dari saham AS dengan data harga, saham, dan pendapatan yang tercantum di bursa NYSE, AMEX, atau NASDAQ. Seri sebelum tahun 1985 diperkirakan berdasarkan data dari pustaka data Kenneth French, yang bersumber dari CRSP dan mencerminkan distribusi kapitalisasi pasar saham NYSE.
Sumber: Compustat, CRSP, Kenneth R. French, Goldman Sachs Research, 2024Di luar AS, Tiongkok baru-baru ini mengumumkan paket stimulus baru senilai USD 1,4 triliun yang dirancang untuk membantu merestrukturisasi utang pemerintah lokal dan mendukung ekonomi agar tidak bergantung pada sektor properti. Nominal stimulus ini mengecewakan sebagian pengamat. Namun, langkah tersebut jelas menuju arah yang tepat dan ada ekspektasi akan tindakan lebih lanjut dari pemerintah pusat seiring gerak pemerintahan baru di Washington menjadi lebih jelas. Data terbaru di Tiongkok menunjukkan stabilisasi makroekonomi, bahkan pemulihan di sektor keuangan. Meskipun masih banyak investor yang skeptis tentang Tiongkok, beberapa inisiatif baru-baru ini memperlihatkan regulator secara aktif melonggarkan kebijakan fiskal dan moneter, serta berusaha meningkatkan harga aset – sebuah sikap yang sangat berbeda daripada beberapa bulan yang lalu.
Situasinya sangat berbeda di India karena ekonominya mulai memetik keuntungan dari dividen demografi di sana – populasi kaum muda yang lebih terampil. Ini berbanding terbalik dengan Tiongkok yang mulai dibebani oleh demografinya. India saat ini memiliki beberapa keuntungan yang akan meningkatkan produktivitas di seluruh sektor dalam beberapa tahun mendatang.
Rencana pengeluaran, tarif, dan pertahanan pemerintah akan membentuk pasar
Terlepas dari respons positif pasar ekuitas terhadap hasil pemilu AS, tantangan tetap ada. Yang terpenting adalah keberlanjutan utang AS, dengan prakiraan dari Congressional Budget Office (CBO) independen bahwa rasio utang terhadap PDB AS akan melampaui rekor tertingginya, yaitu sebesar 105% ketika selepas Perang Dunia II, menjadi hingga 107% pada tahun 2029. Besaran utang publik ini tidak dapat diabaikan begitu saja dan investor harus memperhatikan potensi dampaknya pada inflasi dan suku bunga.
Ini mengacu pada kemungkinan kenaikan tarif yang signifikan dan kendala perdagangan lainnya pada masa setelah pemilu AS. Janji Trump untuk menerapkan tarif menyeluruh sebesar 10% atau 20% pada semua impor – dan 60% untuk barang-barang dari Tiongkok – masih belum jelas implementasinya. Namun, langkah-langkah tersebut dapat menimbulkan inflasi di AS dan berdampak terhadap pertumbuhan di Eropa dan Tiongkok.
Kami memperkirakan akan ada megatren global dominan yang akan berlanjut hingga tahun 2025 dan seterusnya. Banyak pelaku pasar yang kini menerapkan transisi energi dan faktor keberlanjutan dalam pendekatannya. Potensi terjadinya kembali kebijakan "ramah lingkungan" di AS kemungkinan tidak akan berdampak negatif seperti yang dikhawatirkan, mengingat momentum mitigasi dan adaptasi yang sedang berjalan.
Tema penting lainnya adalah merombak ulang rantai pasokan global, mengingat prospek tarif punitif, serta teknologi baru dan masalah geopolitik yang mendorong sejumlah perusahaan untuk melakukan atau kembali ke produksi dalam negeri. Kembalinya agenda "America First" di Washington dapat mempercepat perubahan terhadap tatanan dunia yang sedang berlangsung, khususnya dalam hal kemunculan rival "jajaran teknologi" di setiap sisi Pasifik dan Darwinisme Digital yang mendorong penyerapan pesat teknologi termutakhir di seluruh sektor.
Namun, walaupun situasi politik global cenderung bermain aman, meningkatnya ketegangan antara kekuatan-kekuatan besar di dunia akan berimbas lonjakan belanja militer. Perang di Ukraina telah menunjukkan perubahan fundamental pada peperangan abad ke-21, dan tidak ada negara yang mau tertinggal di tengah perseteruan yang muncul. Meningkatnya belanja militer akan mendorong sektor dan perusahaan tertentu. Namun, bahayanya adalah tingkat utang global berpotensi melambung.
Kaji ulang susunan portofolio ekuitas
Dari kacamata kami, susunan portofolio harus mencerminkan ekspektasi bahwa volatilitas yang tinggi akan berlanjut hingga tahun 2025. Saat ini, ada banyak investor yang mengambil pendekatan “barbel”, yaitu portofolio yang didominasi aset risiko rendah di satu sisi, dan aset risiko tinggi di sisi lainnya. Akan tetapi, investor justru perlu mengubah susunan portofolio ekuitasnya menjadi bentuk piramida. Di dasar piramida – yaitu segmen terbesar dari segala portofolio – investor harus mengambil pendekatan multifaktor untuk menyerap volatilitas. Di atas landasan ini, tingkat kedua harus berfokus pada kualitas nyata dalam berbagai aspek: pertumbuhan, nilai, dan dividen. Terakhir, di puncak piramida, investor dapat menempatkan saham-saham yang kami yakini akan terus menguat, seperti yang mengikuti megatren – seperti kecerdasan buatan dan transisi energi – dan saham regional, seperti investasi di Tiongkok dan India.
APA FOKUS UTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN INVESTOR PADA TAHUN 2025?
Siklus suku bunga yang kurang tersinkronisasi mungkin muncul secara global sebagai akibat dari kebijakan baru AS dan efek berantai terhadap pasar mata uang. Situasi ini akan menciptakan pasar pemilihan saham. Di sana, investor dituntut untuk lebih memahami interaksi antara perubahan mata uang, perombakan rantai pasokan global, dan dampak dari tarif baru pada model bisnis.
-
Aktif mengelola keberagaman
“Peralihan ke pemangkasan suku bunga secara pre-emptive dan bertahap menunjukkan bahwa Federal Reserve AS telah belajar dari pengalaman siklus ekonomi sebelumnya, di mana pembatasan kebijakan biasanya berlangsung terlalu lama, yang secara tidak perlu meningkatkan risiko resesi.“
Michael Krautzberger
Global CIO Fixed Income
Tahun 2024 penuh dengan fluktuasi bagi investor pendapatan tetap dari obligasi pemerintah. Sepanjang tahun ini, tema besarnya adalah keberagaman pertumbuhan global, dengan performa baik relatif ekonomi AS dan negara lainnya yang masih menjadi penggerak utama pasar obligasi dan mata uang global. Dalam jangka waktu dekat, terpilihnya Trump sebagai presiden AS berikutnya akan memperkuat narasi ini terlebih dengan ekspektasi tentang kebijakan fiskal dan perdagangan AS ke depannya. Namun demikian, prospek inflasi telah meningkat secara global, dengan tingkat inflasi inti mengarah ke target bank sentral di pasar utama. Kondisi ini memperkuat ekspektasi siklus pemangkasan suku bunga di pasar G10 sehingga mampu menjadi pegangan kuat bagi pasar obligasi pemerintah sepanjang tahun.
Belajar dari pengalaman
The Fed tidak mengikuti jejak bank sentral lain yang beramai-ramai memangkas suku bunga pada tahun 2024. Ini menunjukkan adanya perubahan penting dalam pendekatan yang diambilnya. Tujuannya adalah untuk memperbarui fokusnya pada pengoptimalan lapangan kerja sebagai salah satu sasaran lain dari mandat rangkapnya, yaitu menjaga kestabilan harga. Perubahan ke pemangkasan suku bunga preventif di awal menunjukkan bahwa The Fed telah belajar dari siklus ekonomi sebelumnya, yaitu bahwa pengendalian kebijakan secara umum stagnan terlalu lama dan menimbulkan risiko resesi yang seharusnya bisa dihindari. Setidaknya untuk saat ini, tindakan The Fed telah meningkatkan peluang soft landing di AS pada tahun 2025, meskipun sejarah mengatakan bahwa ini adalah hasil yang jarang terjadi.
Kondisi makroekonomi lebih menantang di bagian dunia lain. Ekonomi Tiongkok tidak memenuhi ekspektasi pemulihan berkelanjutan dalam permintaan domestik. Sebagian besar penyebabnya adalah penurunan selama bertahuntahun dalam sektor properti. Ada ketakutan bahwa ekonomi akan menghadapi deflasi yang sama dengan pengalaman Jepang dalam dua dekade terakhir. Pertumbuhan di kawasan euro juga tak kalah gersangnya, dengan Jerman sebagai ekonomi terbesarnya yang menghadapi risiko resesi berturut-turut selama dua tahun terakhir. Maka, tidak heran jika bank sentral di Eropa juga mengubah pendekatan mereka; pemangkasan suku bunga saat ini sedang dibahas pada rapat European Central Bank untuk paruh pertama 2025. Otoritas Tiongkok juga telah menyadari adanya bahaya deflasi. Mereka menerapkan serangkaian langkah moneter, fiskal, dan stimulus pasar guna meningkatkan harapan akan membaiknya prospek pertumbuhan Tiongkok pada tahun 2025.
Memasuki tahun 2025, kebijakan moneter dan fiskal – khususnya di luar zona euro – mendukung prospek pertumbuhan global, meskipun kami memperkirakan arah gerak perekonomian akan menyebar. Fundamental utang, penyebaran kebijakan moneter, dan tingkat dukungan fiskal akan menentukan arah geraknya. Periode kedua kepemimpinan Trump sebagai presiden AS – dan implikasinya bagi kebijakan perdagangan AS ke depan – kemungkinan merupakan tantangan terbesar dalam mewujudkan prospek pertumbuhan global yang konstruktif. Untuk satu tahun ke depan, kebijakan Trump dapat meningkatkan volatilitas pasar valuta asing (valas) dan obligasi.
Bayang-bayang kondisi geopolitik dan makroeknomi tentunya meningkatkan kemungkinan volatilitas di pasar aset risiko pada tahun 2025.
Diperlukan kegesitan dan pengelolaan yang aktif
Mengingat risiko ini, kami menilai bahwa kelas aset pendapatan tetap menarik dilirik meskipun dibutuhkan pendekatan investasi yang gesit antara durasi, kurva imbal hasil, valas, spread, dan produk inflasi demi menghadapi tantangan pada tahun 2025. Selektivitas adalah kuncinya dan karena itu, kami menganggap manajemen investasi aktif sangat penting di sini.
Kebijakan dan makroekonomi global mendukung keyakinan kami di AS dan bisa mendorong kurva imbal hasil euro bergerak menukik – perdagangan ketika kita mengambil posisi bullish dalam obligasi jangka pendek dan mengurangi paparan jangka panjang untuk mengantisipasi kurva imbal hasil yang curam. Ini diakibatkan melonggarnya kebijakan moneter dan defisit fiskal mendukung pandangan kami bahwa investor tidak mendapatkan imbalan yang setimpal dari obligasi jangka panjang. Kami lebih mendukung posisi ini untuk mengimbangi risiko durasi. Untuk menyeimbangkan kurva yang curam dalam portofolio, kami juga lebih condong memilih kurva di Jepang yang cenderung rata. Bank Sentral Jepang sedang mengupayakan normalisasi kebijakan moneter menggunakan kenaikan suku bunga dan pengurangan neraca. Pasalnya, inflasi makin meningkat dalam ekonomi Jepang setelah lebih dari dua dekade.
Volatilitas pasar obligasi mungkin tetap tinggi pada tahun 2025. Kami pikir, ini juga momen yang tepat untuk bertransaksi durasi secara taktis, dengan menyesuaikan sensitivitas portofolio terhadap suku bunga dengan perubahan kondisi pasar. Di AS, kami cenderung mendorong investor untuk menambah aset risiko ketika ada lonjakan imbal hasil dan ketika pasar menunjukkan tanda-tanda stagnan, dengan gagal mempertimbangkan sekecil apa pun kemungkinan hard landing. Selektivitas dalam hal negara juga akan menjadi kuncinya. Inggris dan Australia adalah negara dengan dinamika risiko/hasil yang lebih baik untuk durasi karena dari pandangan kami, siklus pemotongan tingkat suku bunga mereka lebih rendah dan imbal hasil riil yang ditawarkan juga menarik.
Risiko reflasi
Kepemilikan portofolio yang terlindung dari inflasi adalah langkah yang bijak dalam kondisi saat ini. Ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan harga naik: tingkat akomodasi kebijakan saat ini sedang ditetapkan, perang dagang, risiko lonjakan harga minyak dan energi mengingat ketidakpastian dalam kondisi geopolitik, dan masalah struktural – seperti pemangkasan rantai pasokan dan implikasi kebijakan transisi iklim. Bersamaan dengan semua kondisi itu, kami memandang risiko ini dinilai terlalu rendah dalam tingkat inflasi break-even (titik impas).
Dalam pasar mata uang, performa baik relatif AS dibandingkan dengan negara lainnya mungkin mengalami penurunan hingga 2025. Hal ini tidak mendukung dolar AS, meskipun prosesnya bisa saja tidak merata dan bergantung pada kebijakan perdagangan AS. Kemenangan Trump berhasil memberikan dorongan awal terhadap dolar AS, meskipun kita masih harus membuktikan mampu tidaknya kondisi ini bertahan lama.
Dalam aset spread, utang pasar negara berkembang telah terbukti tangguh melalui meningkatnya risiko geopolitik, ketidakstabilan pasar, pemilihan umum, dan perubahan pada ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Pada tahun 2025, fundamental pasar negara berkembang akan makin solid dan arus investasi tampaknya akan kembali ke kelas aset. Dalam hal ini, kami melihat banyak peluang dalam obligasi mata uang lokal dan obligasi berimbal hasil tinggi dengan mata uang tinggi tertentu, terlepas dari arah gerak dolar AS. Dalam pasar valas negara berkembang, kami lebih mendorong pendekatan dengan nilai relatif agar investor dapat memanfaatkan perbedaan harga sementara antara mata uang.
Dalam obligasi korporasi, spread untuk obligasi dengan imbal hasil tinggi dan obligasi layak investasi cenderung sempit. Saat suku bunga turun, kami berpendapat bahwa spread yang ketat tidak akan menghentikan investor merencanakan alokasi reksa dana pasar uang mereka ke obligasi. Imbal hasil dari obligasi tetap menarik dan didukung latar belakang teknikal yang solid. Dalam hal investasi berimbal hasil tinggi, kami memperkirakan obligasi jangka pendek akan menguat karena risiko durasi spread yang panjang tidak menawarkan premi imbal hasil yang memadai saat ini. Floating-rate notes yang sebagian besar dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan peringkat tinggi juga terus menyediakan spread imbal hasil yang menarik. Ini juga bisa berperan sebagai lindung nilai terhadap penetapan harga ulang yang tak terduga pada inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
APA FOKUS UTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN INVESTOR PADA TAHUN 2025?
Kami akan mengamati ketat gerak dolar AS pada tahun 2025: Apakah kinerja ekonomi AS yang relatif lebih unggul dibanding negara lain di seluruh dunia mampu mendorong dolar AS terus menguat pada 2025? Atau, apakah dolar sudah mencapai angka pembelian yang berlebihan, dengan kondisi pasar yang terlalu pesimistis terhadap pertumbuhan ekonomi di luar AS?
-
Perlunya pendekatan dinamis
“Pada tahun 2025, pendekatan gesit terhadap alokasi aset akan berperan sangat besar. Portofolio yang beragam merupakan titik awal yang krusial. Investor juga harus mengelola volatilitas secara aktif sebagai kunci membangun perlindungan yang dinamis. Kami menganggap kondisi tersebut menjadi pengingat untuk memilih aset dengan pendekatan bottom-up dan mengelola investasinya dengan aktif.”
Gregor MA Hirt
Global CIO Multi Asset
Kami memperkirakan tahun 2025 akan dimulai dengan berlanjutnya momentum positif bagi asetaset yang berisiko, terutama ekuitas, dan investor aktif secara keseluruhan bisa tetap optimistis. Secara historis, bulan-bulan pertama cenderung positif. Dari data ekonomi terbaru, khususnya dari AS, kondisinya juga positif sehingga mampu meningkatkan penjualan dan pendapatan perusahaan. Kami memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga lebih lanjut guna membantu meningkatkan likuiditas di pasar, setidaknya untuk sementara waktu.
Trump menjanjikan penurunan tarif pajak dan deregulasi akan terus membawa sikap positif di pasar dan menguntungkan margin perusahaan, seperti yang terjadi setelah tahun 2016. Jika hal-hal ini mengarah pada periode tenang di pasar ekuitas, investor dapat meningkatkan posisi ekuitasnya.
Kami melihat kondisi ini akan sangat mendukung ekuitas AS, terutama dalam bidang berikut:
- Emiten dengan kapitalisasi kecil menawarkan valuasi yang menarik, dan kami memperkirakan arah yang lebih positif lagi bagi emiten tersebut berkat dukungan fiskal dan pertumbuhan ekonomi.
- Sektor teknologi secara keseluruhan akan terus menunjukkan kinerja yang baik, terlepas dari valuasinya yang tinggi, dan berkat dukungan harga energi yang lebih rendah serta kemungkinan tindakan anti-monopoli di bawah rezim Trump.
- Bank-bank AS akan berkembang dengan prospek deregulasi yang pesat.
Pertumbuhan ekonomi AS yang lebih solid dibanding Eropa merupakan salah satu alasan kami memperkirakan ekuitas AS mampu mengungguli ekuitas di zona euro. Namun, pasar ekuitas tidak boleh disamakan dengan kondisi ekonomi dalam negeri. Misalnya, banyak perusahaan dalam Euro Stoxx 50 yang menarik sebagian besar penjualan mereka dari AS dan siap memetik keuntungan dari ketahanan ekonomi AS.
Meskipun termasuk “sedikit kepemilikannya” (under-owned) dan memiliki valuasi yang menarik, pasar Eropa masih tertinggal dalam hal teknologi dan kecerdasan buatan AS dan Tiongkok. Undangundang ketenagakerjaan dan defisit struktural lainnya menjadi tantangan lain bagi perusahaanperusahaan Eropa. Sementara itu, Tiongkok tetap sulit diprediksi akibat isu-isu struktural. Namun, ada potensi arah positif dari kebijakan-kebijakan yang mendukung.
Pemisahan akan menjadi tren besar
Kelas aset pendapatan tetap dengan imbal hasil yang tinggi cenderung akan diuntungkan dengan ketahanan kondisi ekonomi secara umum. Namun, kami lebih optimistis terhadap ekuitas daripada aset berimbal hasil tinggi AS dalam portofolio multi-aset kami, terutama karena investor ritel cenderung lebih menyukai aset likuid pada akhir siklus konstruktif.
Bertentangan dengan pandangan kami terhadap ekuitas, kami merasa gerak obligasi Eropa mungkin akan berbeda dari AS. Sementara inflasi makin menurun, Uni Eropa menghadapi tantangan lebih besar, khususnya dengan pemilihan umum mendatang di Jerman dan potensi ketidakstabilan politik di Prancis.
Faktor utama yang perlu diperhatikan pada tahun 2025 adalah cara The Fed merespons potensi reflasi ekonomi yang timbul dari kebijakan fiskal pemerintahan AS yang baru dan dampaknya terhadap pasar. Dolar AS dinilai terlalu tinggi dan, dalam kondisi normal, trennya akan menurun karena pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan aset berisiko berkinerja lebih baik daripada aset stabil. Namun, jika rencana belanja Trump membuat ekonomi AS mengalami overheat, The Fed mungkin harus menaikkan suku bunganya. Ini dapat berdampak negatif pada aset-aset berisiko. Mengingat valuasinya yang tinggi dan kenaikan yang signifikan sejak Maret 2020, pasar ekuitas mungkin harus berhenti sejenak pada tahun 2025 untuk menilai kembali situasi yang ada.
Dalam skenario ini, obligasi mata uang lokal pasar negara berkembang dapat mengalami kesulitan sehingga alokasi yang fleksibel dan tidak saling terkait dengan pasar akan lebih menguntungkan.
Pasar obligasi sudah mempertimbangkan sejumlah risiko overheating dalam perekonomian, sebagaimana terlihat dari melandainya kurva imbal hasil AS antara September dan kuartal keempat 2024. Namun demikian, rebound inflasi dan persepsi baru mengenai The Fed yang terlambat mengatasi masalah ini dapat memicu meningkatnya tekanan dari pengamat obligasi, yang memprotes kebijakan dengan cara menjual obligasi. Untuk menilai risiko pasar mendatang, investor harus mengamati evolusi permintaan Treasury berjangka panjang.
Dalam jangka panjang, de-dolarisasi dapat dianggap menarik jika Trump menetapkan kebijakan geopolitik yang radikal. Jika terjadi demikian, ekonomi negara lain mungkin akan berusaha membangun blok mata uang mereka sendiri.
Kekuatan geopolitik akan mengendalikan komoditas
Komoditas biasanya berkinerja baik di tengah kondisi fiskal positif dan pemangkasan suku bunga. Namun, kini mungkin berbeda. Keinginan Trump untuk meningkatkan eksplorasi minyak dan gas dapat meningkatkan suplai, sementara potensi berakhirnya konflik antara Rusia dan Ukraina dapat makin menekan harga minyak dan gas. Kita mungkin akan melihat harga minyak bergerak sampai sekitar USD 50-70 per barel. Sebagai komparasi, harganya baru-baru ini yaitu USD 70-90. Dalam hal tail risk, meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran dapat menyebabkan lonjakan jangka pendek.
Komoditas tembaga bisa diuntungkan dari bantuan ekonomi jangka pendek di Tiongkok. Emas tetap menjadi aset favorit karena terpisah dari dolar AS dan imbal hasil riil, serta didukung oleh pembeli dari pasar negara berkembang di lingkungan geopolitik yang penuh ketegangan.
Pada tahun 2025, pendekatan gesit terhadap alokasi aset akan berperan sangat besar. Portofolio yang beragam merupakan titik awal yang krusial. Investor juga harus mengelola volatilitas secara aktif sebagai kunci membangun perlindungan yang dinamis. Kami menganggap kondisi penghambat, dan bahkan mengkhawatirkan, di pasar ekuitas menjadi pengingat bagi para investor untuk memilih aset dengan pendekatan bottom-up dan mengelola investasinya dengan aktif.
APA FOKUS UTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN INVESTOR PADA TAHUN 2025?
Kenaikan tarif AS dan kemungkinan babak retaliasi adalah risiko utama pada awal tahun 2025. Namun, fokus pasar akan segera beralih untuk menilai dampak kebijakan fiskal AS dan pembatasan imigrasi. Keduanya akan berdampak pada pendapatan obligasi dan laju inflasi, yang akan sulit untuk diserap pasar ekuitas pada titik tertentu.
-
Peluang melimpah ruah
“Dengan demokratisasi pasar privat, berarti akan makin banyak modal privat yang tersedia untuk transformasi. Namun, seiring dengan itu, akan makin banyak pula klien ritel yang berpartisipasi dalam potensi pertumbuhan kelas aset ini.”
Deborah Zurkow
Global Head of Investments
Transaksi dan penggalangan dana kembali meningkat pada tahun 2024 setelah sempat melambat tahun lalu. Seiring kita menyambut tahun 2025, kami memperkirakan adanya momentum yang lebih besar berdasarkan asal transaksi yang meningkat. Meskipun utang privat sudah bertransformasi dalam dua tahun terakhir, yang juga akan terus berlanjut, kami juga melihat valuasi ekuitas akan dinilai kembali. Dengan normalisasi harga ini, akan ada lebih banyak transaksi di pasar. Valuasi telah mencapai rekor tertingginya sebelum faktor peredam inflasi, kenaikan suku bunga, dan krisis energi yang menyusul setelah serangan ke Ukraina.
Krisis geopolitik juga berdampak pada pasar privat dan valuasi. Namun, kelas aset tersebut telah membuktikan kemampuannya melewati masa penuh ketidakpastian dengan floating rate dan atribut terkait inflasi. Selain itu, krisis geopolitik cenderung bersifat jangka pendek, sementara investor dalam kelas aset ini sering kali memiliki visi investasi jangka panjang – mungkin hingga beberapa dekade.
Pada tahun 2025, kami yakin akan ada lebih banyak penggalangan dana di pasar privat. Investor merasa nyaman dengan kinerja baiknya baru-baru ini, bahkan di lingkungan yang lebih volatil sekalipun. Dengan suku bunga yang kembali turun, kondisi pasar akan kembali seimbang sehingga akan menciptakan peluang baru dengan ketentuan yang menarik.
Dalam instrumen utang privat dan pembiayaan perdagangan, ada banyak pilihan bagi investor. Misalnya, dengan peluang baru yang muncul, pasar sekunder, utang infrastruktur, dan tematik kredit privat, serta dalam pendanaan perdagangan yang kini berfokus pada peran investor institusi.
Perlu segera berinvestasi
Laporan terbaru dari Mario Draghi, mantan Presiden European Central Bank, memperkirakan bahwa agar bisa bersaing, Uni Eropa perlu berinvestasi sebesar EUR 750-800 miliar per tahun dalam bidang transformasi digital, transisi ramah lingkungan, dan pertahanan.1
Meskipun kebutuhan akan investasi ini mendesak, defisit publik juga meningkat. Tanpa modal privat, investasi ini tidak memungkinkan. Ini membuka peluang yang melimpah ruah bagi investor. Mereka bisa mendapatkan profil risiko-imbal hasil yang menarik berkat revaluasi proyek. Banyak proyek besar yang memerlukan pendanaan, seperti modernisasi jalan dan transportasi umum, pembangunan infrastruktur digital dan pusat data, serta infrastruktur dan fasilitas sosial. Dalam proyek semacam ini, dibutuhkan mitra yang telah terbukti memiliki rekam jejak dan pengalaman dalam proyek jangka panjang.
Infrastruktur mendorong pembangunan ekonomi dan masyarakat di banyak negara. Selama siklus pemilu yang intensif pada tahun 2024, terlihat beberapa proyek ditunda. Namun, mengingat ini adalah layanan dasar yang sangat penting, proyek yang tertunda ini akan ditangani ketika pemerintahan baru terbentuk. Penyediaan layanan dasar sangatlah penting untuk mendukung populisme yang sedang tumbuh demi menghindari ketidakstabilan politik.
“Dampak” makin signifikan
Proyek-proyek baru akan terus mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola. Relevansi kredit privat berdampak yang makin signifikan mencerminkan kebutuhan akan modal privat untuk mendukung karbonisasi dan digitalisasi sekaligus menghasilkan dampak positif bagi masyarakat – dan imbal hasil bagi investor. Menurut perkiraan kami, tren ini akan terus berlanjut dan akan menarik perhatian yang lebih luas lagi dari investor institusional di Asia dan kawasan lain, terutama juga terkait strategi yang membantu mendorong transisi energi.
Tren lain yang kami perkirakan akan terus berlanjut adalah pertumbuhan pasar sekunder. Meskipun instrumen ini telah ditetapkan dalam bidang ekuitas privat, pasar sekunder ekuitas infrastruktur dan utang privat masih terus tumbuh. Pasar sekunder tidak hanya mempercepat pengembangan modal, tetapi juga membantu mendiversifikasi portofolio. Mengingat besarnya pasar primer infrastruktur dan utang privat, serta keterbatasan likuiditas, kami memperkirakan akan lebih banyak transaksi pasar sekunder pada tahun 2025. Namun, ini hanya akan tersedia bagi yang memiliki jaringan baik sebagai investor pasar primer, pengetahuan internal untuk menjalankan transaksi tersebut, dan kemampuan negosiasi untuk mencapai kesepakatan yang relevan dengan diskon besar.
Terakhir, dengan dirilisnya peraturan Dana Investasi Jangka Panjang Eropa (European Long-Term Investment Fund/ELTIF) 2.0, pasar privat kini lebih aksesibel bagi klien ritel. Dengan demokratisasi pasar privat, berarti akan makin banyak modal privat yang tersedia untuk transformasi. Namun, seiring dengan itu, akan makin banyak pula klien ritel yang berpartisipasi dalam potensi pertumbuhan kelas aset ini. Platform analis Scope Group memprediksi bahwa volume ELTIF akan meningkat hingga antara EUR 30-35 miliar pada akhir tahun 2026, dengan minimal 20 ELTIF baru di pasar tahun depan.2 Namun demikian, investor harus menyadari karakteristik dan risiko yang terkait dengan investasi pasar privat, seperti jangka waktu investasinya yang panjang. Investor harus meminta saran untuk membuat keputusan yang matang berdasarkan informasi yang memadai.
Mitra satu visi
Investasi di pasar privat merupakan pilar utama dalam portofolio banyak klien institusional. Kami yakin bahwa kelas aset utang privat dan infrastruktur akan terus memberikan peluang yang menarik. Menyusul perubahan peraturan yang ada, pasar privat kini lebih menarik sebagai tujuan investasi bagi banyak klien. Dengan ini, timbul pula tanggung jawab membimbing investor baru agar mereka mengambil keputusan yang matang berdasarkan informasi yang memadai. Dengan lebih banyak grup klien, lebih banyak proyek yang memerlukan pendanaan, dan lebih sedikit pemain di pasar privat, kami memperkirakan akan ada banyak proyek baru dan perusahaan yang memerlukan pendanaan. Mereka pun akan memerlukan mitra satu visi dengan keahlian dan pengalaman yang sudah teruji.
Bagan 3: Amerika Utara dan Eropa bersaing menjadi pasar terdepan
Infrastruktur AUM* berdasarkan fokus wilayah
Sumber: Preqin
* Angka AUM tidak termasuk dana dalam denominasi renminbi
Semua nilai berlaku per akhir tahun. Agar tidak terjadi penghitungan ganda, total tidak termasuk pasar sekunder dan fund of fund (FOF).APA FOKUS UTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN INVESTOR PADA TAHUN 2025?
Berinvestasi pada infrastruktur adalah bekal masa depan. Dari digitalisasi, transisi energi, hingga peningkatan infrastruktur yang ada, investasi besar diperlukan untuk mempercepat kemajuan dan pertumbuhan. Kami memperkirakan akan ada lebih banyak peluang yang terbuka pada tahun 2025, terutama dalam hal utang infrastruktur.
1 EU competitiveness: Looking ahead - European Commission, September 2024.
2 A new era: overview of the ELTIF market 2023/2024, Scope Fund Analysis, dipublikasikan 15 Mei 2024
Prediksi AS soft landing: terpilihnya Trump jadi faktor risiko
“Pertumbuhan masih ada, tetapi tidak cukup kuat untuk menghentikan tekanan inflasi. Karena itu, ada peluang besar pemangkasan suku bunga lagi oleh The Fed AS (US Federal Reserve). Pasar keuangan, baik obligasi maupun ekuitas, dapat berjalan baik dalam skenario itu.”
Stefan Hofrichter
Head of Global Economics & Strategy
Ekonomi AS berhasil membantah dugaan resesi yang membayang. Prediksi kami, pertumbuhannya akan terus menguat melampaui ekonomi negara maju lainnya pada tahun 2025 meskipun lajunya cenderung lambat daripada tahun 2024. Skenario dasar kami tetap berupa "soft landing" untuk ekonomi AS dan dunia, di mana pertumbuhan melambat – dan inflasi turun – tanpa resesi. Kami memperkirakan pertumbuhan AS akan menyentuh sekitar 2% pada tahun 2025 yang sejalan dengan tren laju pertumbuhan.
Pertumbuhan di zona euro lebih rendah, yaitu di bawah 1%. Jerman sebagai ekonomi terbesar di Eropa pun terkontraksi selama dua tahun berturutturut pada tahun 2024. Demikian pula dengan ekonomi Jepang yang melambat. Pada tahun 2025, kami memperkirakan pertumbuhan PDB di kawasan Eropa dan Jepang akan mendekati tren laju pertumbuhannya – sedikit melebihi 1%.
Aktivitas ekonomi di negara maju secara keseluruhan menguat dari perkiraan kami pada awal tahun 2024. Menurut sebagian besar peserta pasar keuangan, tren pertumbuhan moderat ini kemungkinan akan berlanjut pada tahun 2025. Pada saat yang sama, inflasi diperkirakan akan menurun, bahkan makin mendekati target bank sentral sebesar 2%.
Yang masih abu-abu di sini adalah arah perkembangan situasi saat Donald Trump kembali menjabat sebagai presiden AS. Pengeluaran besarbesaran yang diusulkannya dapat meningkatkan pertumbuhan AS dalam jangka pendek. Namun, imbas dari tarif yang lebih tinggi bagi mitra perdagangan AS juga dapat merusak prospek Eropa. Kita harus mengamati sejauh mana janji-janji kampanye yang digaungkannya diwujudkan menjadi kebijakan.
Ketahanan AS didukung oleh lapangan kerja baru dan peningkatan keuntungan perusahaan
Data ini konsisten dengan skenario perkembangan moderat kami saat ini. Di AS, momentum sudah jelas melambat di pasar tenaga kerja dalam beberapa kuartal terakhir. Akan tetapi, pelaku bisnis terus menambah karyawan baru setiap bulannya sehingga mendukung pengeluaran rumah tangga. Tak hanya itu, keuntungan perusahaan juga terus naik meskipun moderat (lihat Bagan 1). Pendapatan menjadi pendorong utama pengeluaran bisnis, dan oleh karena itu, merupakan indikator penting dan utama untuk seluruh ekonomi. Jadi, yang bisa kami simpulkan adalah; Pertumbuhan masih ada, tetapi tidak cukup kuat untuk menghentikan tekanan inflasi. Karena itu, ada peluang besar pemangkasan suku bunga lagi oleh The Fed AS (US Federal Reserve). Pasar keuangan, baik obligasi maupun ekuitas, dapat berjalan baik dalam skenario itu.
Waspadai risiko kembali melonjaknya inflasi dan kondisi geopolitik
Namun, belum ada jaminan kondisi akan stabil. Di AS, tetap ada risiko yang cukup besar akan kembali melonjaknya inflasi atau ekonomi tergelincir menuju resesi. Pasalnya, karena suku bunga memuncak di AS pada akhir 2023, kinerja pasar keuangan rata-rata baik.
Kondisi keuangan secara luas telah melonggar – artinya perusahaan dan rumah tangga pribadi akan mampu mengakses pendanaan dengan lebih mudah dan lebih terjangkau. Hal ini akan mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, jika pertumbuhan melonjak pesat dari ekspektasi – misalnya karena belanja pemerintah yang naik selama rezim baru di bawah Trump – siklus inflasi mungkin akan menyusul. Ekonomi AS masih bergulat dengan sejumlah tekanan inflasi – dampak yang sempat tertunda dari pertumbuhan uang yang kuat sebelumnya, deglobalisasi, dinamika upah akibat demografi, dan dekarbonisasi. Oleh karena itu, jika pertumbuhan meningkat, The Fed dan pasar keuangan mungkin perlu memikirkan kembali langkah pemangkasan suku bunga.
Sementara itu, sejumlah faktor yang membuat kami menyebutkan adanya risiko resesi pada tahun 2024 masih tetap ada. Contohnya, kurva imbal hasil yang terbalik, sebagai indikator potensi resesi yang andal, baru mulai kembali menajam pada bulan September 2024. Ini terjadi beberapa bulan menjelang empat resesi AS yang terakhir.
Lalu, ada risiko geopolitik yang menjadi kekhawatiran banyak investor, khususnya di tengah ketidakpastian selama masa jabatan periode kedua Trump. Meningkatnya konflik di Timur Tengah atau Ukraina dapat menciptakan ketidakpastian pada prospek pertumbuhan dan inflasi global, terutama jika terjadi peningkatan harga energi yang tajam. Namun, peristiwa geopolitik biasanya memicu ketidakstabilan jangka pendek daripada dampak pasar jangka panjang.
Dengan soft landing di depan mata, kami bersikap positif terhadap aset berisiko
Bagaimana faktor-faktor ini membentuk pandangan kami terhadap prospek pasar keuangan? Dengan mengantisipasi soft landing untuk ekonomi AS, artinya kami tetap berpegang pada aset-aset yang berisiko meskipun ekuitas AS berharga tinggi, spread obligasi perusahaan sangat ketat, dan volatilitas pasar sangat rendah sehingga bisa saja mengejutkan investor ketika naik tajam. Imbal hasil obligasi pemerintah mulai terlihat menarik lagi setelah melemah pada musim gugur. Di lingkungan pasar yang cenderung bergerak lebih dinamis dari biasanya dalam beberapa bulan ke depan, investor perlu aktif mengelola portofolionya.
Bagan 1: Keuntungan perusahaan AS meningkat
Pertumbuhan laba perusahaan non-keuangan dari Pendapatan dan Produk Nasional AS (perubahan dari tahun ke tahun, dalam %)
Sumber: LSEG Datastream, AllianzGI Economics & Strategy. Data per November 2024
APA FOKUS UTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN INVESTOR PADA TAHUN 2025?
Sesuai kutipan terkenal dari James Carville, penasihat Bill Clinton, “Ini masalah ekonomi!” Fundamental ekonomi, termasuk kebijakan moneter, akan mendominasi prospek pasar keuangan pada tahun 2025. Perkembangan politik juga penting, tetapi kami rasa tak begitu signifikan.
Ambil pendekatan baru di tengah kondisi volatil
“Kami memperkirakan akan ada megatren global dominan yang akan berlanjut hingga tahun 2025 dan seterusnya. Banyak pelaku pasar yang kini menerapkan transisi energi dan faktor keberlanjutan dalam pendekatannya. Potensi terjadinya kembali kebijakan "ramah lingkungan" di AS kemungkinan tidak akan berdampak negatif seperti yang dikhawatirkan.”
Virginie Maisonneuve
Global CIO Equity
Pasar ekuitas global mulai mengamati lanskap politik baru setelah pemilu AS. Sementara ada kekhawatiran akan timbulnya inflasi akibat potensi perubahan arah kebijakan dari Washington, mengingat arah gerak pertumbuhan dan inflasi pada tahun 2024, kami masih yakin bahwa ekonomi-ekonomi besar negara maju akan mencapai soft landing dan resesi yang signifikan mampu dihindari. Kenyataannya, ketahanan ekonomi terlihat di banyak negara, terutama di AS.
Pemangkasan suku bunga oleh The Fed pada bulan September diperkirakan akan mencapai 50 poin basis, dan bukan 25 poin seperti ekspektasi sebagian pihak. Meski demikian, ini tetap mengejutkan sebagian investor. Ke depannya, ketahanan ekonomi dan potensi tren inflasi yang terganggu oleh dampak inflasi akibat tarif akan membawa pasar untuk menilai kembali, sekali lagi, arah normalisasi suku bunga, terutama di AS.
Fokus pada perusahaan berkapitalisasi tinggi
Meskipun pasar ekuitas global – dan khususnya di AS – terlihat optimistis dengan prospek pemerintahan Trump yang kedua kalinya, investor harus tetap waspada akan ketidakpastian yang timbul seputar kemungkinan dampak perubahan radikal dalam kebijakan terhadap perdagangan, imigrasi, dan bidang lainnya. Optimisme pasar ini didukung oleh ekspektasi deregulasi di berbagai sektor – khususnya, sektor teknologi – di bawah kepemimpinan presiden baru. Konsentrasi pasar di AS mencapai rekor tertingginya sejak tahun 1930-an (lihat Bagan 2) dan kami memperkirakan deregulasi dapat membantu memicu perluasan pasar sehingga membawa keuntungan bagi perusahaan berkapitalisasi tinggi, khususnya dalam sektor teknologi.
Bagan 2: Konsentrasi di pasar ekuitas AS telah mengukir sejarah
Kapitalisasi pasar saham terbesar dibandingkan dengan persentil ke-75*
* Set data ini terdiri dari saham AS dengan data harga, saham, dan pendapatan yang tercantum di bursa NYSE, AMEX, atau NASDAQ. Seri sebelum tahun 1985 diperkirakan berdasarkan data dari pustaka data Kenneth French, yang bersumber dari CRSP dan mencerminkan distribusi kapitalisasi pasar saham NYSE.
Sumber: Compustat, CRSP, Kenneth R. French, Goldman Sachs Research, 2024
Di luar AS, Tiongkok baru-baru ini mengumumkan paket stimulus baru senilai USD 1,4 triliun yang dirancang untuk membantu merestrukturisasi utang pemerintah lokal dan mendukung ekonomi agar tidak bergantung pada sektor properti. Nominal stimulus ini mengecewakan sebagian pengamat. Namun, langkah tersebut jelas menuju arah yang tepat dan ada ekspektasi akan tindakan lebih lanjut dari pemerintah pusat seiring gerak pemerintahan baru di Washington menjadi lebih jelas. Data terbaru di Tiongkok menunjukkan stabilisasi makroekonomi, bahkan pemulihan di sektor keuangan. Meskipun masih banyak investor yang skeptis tentang Tiongkok, beberapa inisiatif baru-baru ini memperlihatkan regulator secara aktif melonggarkan kebijakan fiskal dan moneter, serta berusaha meningkatkan harga aset – sebuah sikap yang sangat berbeda daripada beberapa bulan yang lalu.
Situasinya sangat berbeda di India karena ekonominya mulai memetik keuntungan dari dividen demografi di sana – populasi kaum muda yang lebih terampil. Ini berbanding terbalik dengan Tiongkok yang mulai dibebani oleh demografinya. India saat ini memiliki beberapa keuntungan yang akan meningkatkan produktivitas di seluruh sektor dalam beberapa tahun mendatang.
Rencana pengeluaran, tarif, dan pertahanan pemerintah akan membentuk pasar
Terlepas dari respons positif pasar ekuitas terhadap hasil pemilu AS, tantangan tetap ada. Yang terpenting adalah keberlanjutan utang AS, dengan prakiraan dari Congressional Budget Office (CBO) independen bahwa rasio utang terhadap PDB AS akan melampaui rekor tertingginya, yaitu sebesar 105% ketika selepas Perang Dunia II, menjadi hingga 107% pada tahun 2029. Besaran utang publik ini tidak dapat diabaikan begitu saja dan investor harus memperhatikan potensi dampaknya pada inflasi dan suku bunga.
Ini mengacu pada kemungkinan kenaikan tarif yang signifikan dan kendala perdagangan lainnya pada masa setelah pemilu AS. Janji Trump untuk menerapkan tarif menyeluruh sebesar 10% atau 20% pada semua impor – dan 60% untuk barang-barang dari Tiongkok – masih belum jelas implementasinya. Namun, langkah-langkah tersebut dapat menimbulkan inflasi di AS dan berdampak terhadap pertumbuhan di Eropa dan Tiongkok.
Kami memperkirakan akan ada megatren global dominan yang akan berlanjut hingga tahun 2025 dan seterusnya. Banyak pelaku pasar yang kini menerapkan transisi energi dan faktor keberlanjutan dalam pendekatannya. Potensi terjadinya kembali kebijakan "ramah lingkungan" di AS kemungkinan tidak akan berdampak negatif seperti yang dikhawatirkan, mengingat momentum mitigasi dan adaptasi yang sedang berjalan.
Tema penting lainnya adalah merombak ulang rantai pasokan global, mengingat prospek tarif punitif, serta teknologi baru dan masalah geopolitik yang mendorong sejumlah perusahaan untuk melakukan atau kembali ke produksi dalam negeri. Kembalinya agenda "America First" di Washington dapat mempercepat perubahan terhadap tatanan dunia yang sedang berlangsung, khususnya dalam hal kemunculan rival "jajaran teknologi" di setiap sisi Pasifik dan Darwinisme Digital yang mendorong penyerapan pesat teknologi termutakhir di seluruh sektor.
Namun, walaupun situasi politik global cenderung bermain aman, meningkatnya ketegangan antara kekuatan-kekuatan besar di dunia akan berimbas lonjakan belanja militer. Perang di Ukraina telah menunjukkan perubahan fundamental pada peperangan abad ke-21, dan tidak ada negara yang mau tertinggal di tengah perseteruan yang muncul. Meningkatnya belanja militer akan mendorong sektor dan perusahaan tertentu. Namun, bahayanya adalah tingkat utang global berpotensi melambung.
Kaji ulang susunan portofolio ekuitas
Dari kacamata kami, susunan portofolio harus mencerminkan ekspektasi bahwa volatilitas yang tinggi akan berlanjut hingga tahun 2025. Saat ini, ada banyak investor yang mengambil pendekatan “barbel”, yaitu portofolio yang didominasi aset risiko rendah di satu sisi, dan aset risiko tinggi di sisi lainnya. Akan tetapi, investor justru perlu mengubah susunan portofolio ekuitasnya menjadi bentuk piramida. Di dasar piramida – yaitu segmen terbesar dari segala portofolio – investor harus mengambil pendekatan multifaktor untuk menyerap volatilitas. Di atas landasan ini, tingkat kedua harus berfokus pada kualitas nyata dalam berbagai aspek: pertumbuhan, nilai, dan dividen. Terakhir, di puncak piramida, investor dapat menempatkan saham-saham yang kami yakini akan terus menguat, seperti yang mengikuti megatren – seperti kecerdasan buatan dan transisi energi – dan saham regional, seperti investasi di Tiongkok dan India.
APA FOKUS UTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN INVESTOR PADA TAHUN 2025?
Siklus suku bunga yang kurang tersinkronisasi mungkin muncul secara global sebagai akibat dari kebijakan baru AS dan efek berantai terhadap pasar mata uang. Situasi ini akan menciptakan pasar pemilihan saham. Di sana, investor dituntut untuk lebih memahami interaksi antara perubahan mata uang, perombakan rantai pasokan global, dan dampak dari tarif baru pada model bisnis.
Aktif mengelola keberagaman
“Peralihan ke pemangkasan suku bunga secara pre-emptive dan bertahap menunjukkan bahwa Federal Reserve AS telah belajar dari pengalaman siklus ekonomi sebelumnya, di mana pembatasan kebijakan biasanya berlangsung terlalu lama, yang secara tidak perlu meningkatkan risiko resesi.“
Michael Krautzberger
Global CIO Fixed Income
Tahun 2024 penuh dengan fluktuasi bagi investor pendapatan tetap dari obligasi pemerintah. Sepanjang tahun ini, tema besarnya adalah keberagaman pertumbuhan global, dengan performa baik relatif ekonomi AS dan negara lainnya yang masih menjadi penggerak utama pasar obligasi dan mata uang global. Dalam jangka waktu dekat, terpilihnya Trump sebagai presiden AS berikutnya akan memperkuat narasi ini terlebih dengan ekspektasi tentang kebijakan fiskal dan perdagangan AS ke depannya. Namun demikian, prospek inflasi telah meningkat secara global, dengan tingkat inflasi inti mengarah ke target bank sentral di pasar utama. Kondisi ini memperkuat ekspektasi siklus pemangkasan suku bunga di pasar G10 sehingga mampu menjadi pegangan kuat bagi pasar obligasi pemerintah sepanjang tahun.
Belajar dari pengalaman
The Fed tidak mengikuti jejak bank sentral lain yang beramai-ramai memangkas suku bunga pada tahun 2024. Ini menunjukkan adanya perubahan penting dalam pendekatan yang diambilnya. Tujuannya adalah untuk memperbarui fokusnya pada pengoptimalan lapangan kerja sebagai salah satu sasaran lain dari mandat rangkapnya, yaitu menjaga kestabilan harga. Perubahan ke pemangkasan suku bunga preventif di awal menunjukkan bahwa The Fed telah belajar dari siklus ekonomi sebelumnya, yaitu bahwa pengendalian kebijakan secara umum stagnan terlalu lama dan menimbulkan risiko resesi yang seharusnya bisa dihindari. Setidaknya untuk saat ini, tindakan The Fed telah meningkatkan peluang soft landing di AS pada tahun 2025, meskipun sejarah mengatakan bahwa ini adalah hasil yang jarang terjadi.
Kondisi makroekonomi lebih menantang di bagian dunia lain. Ekonomi Tiongkok tidak memenuhi ekspektasi pemulihan berkelanjutan dalam permintaan domestik. Sebagian besar penyebabnya adalah penurunan selama bertahuntahun dalam sektor properti. Ada ketakutan bahwa ekonomi akan menghadapi deflasi yang sama dengan pengalaman Jepang dalam dua dekade terakhir. Pertumbuhan di kawasan euro juga tak kalah gersangnya, dengan Jerman sebagai ekonomi terbesarnya yang menghadapi risiko resesi berturut-turut selama dua tahun terakhir. Maka, tidak heran jika bank sentral di Eropa juga mengubah pendekatan mereka; pemangkasan suku bunga saat ini sedang dibahas pada rapat European Central Bank untuk paruh pertama 2025. Otoritas Tiongkok juga telah menyadari adanya bahaya deflasi. Mereka menerapkan serangkaian langkah moneter, fiskal, dan stimulus pasar guna meningkatkan harapan akan membaiknya prospek pertumbuhan Tiongkok pada tahun 2025.
Memasuki tahun 2025, kebijakan moneter dan fiskal – khususnya di luar zona euro – mendukung prospek pertumbuhan global, meskipun kami memperkirakan arah gerak perekonomian akan menyebar. Fundamental utang, penyebaran kebijakan moneter, dan tingkat dukungan fiskal akan menentukan arah geraknya. Periode kedua kepemimpinan Trump sebagai presiden AS – dan implikasinya bagi kebijakan perdagangan AS ke depan – kemungkinan merupakan tantangan terbesar dalam mewujudkan prospek pertumbuhan global yang konstruktif. Untuk satu tahun ke depan, kebijakan Trump dapat meningkatkan volatilitas pasar valuta asing (valas) dan obligasi.
Bayang-bayang kondisi geopolitik dan makroeknomi tentunya meningkatkan kemungkinan volatilitas di pasar aset risiko pada tahun 2025.
Diperlukan kegesitan dan pengelolaan yang aktif
Mengingat risiko ini, kami menilai bahwa kelas aset pendapatan tetap menarik dilirik meskipun dibutuhkan pendekatan investasi yang gesit antara durasi, kurva imbal hasil, valas, spread, dan produk inflasi demi menghadapi tantangan pada tahun 2025. Selektivitas adalah kuncinya dan karena itu, kami menganggap manajemen investasi aktif sangat penting di sini.
Kebijakan dan makroekonomi global mendukung keyakinan kami di AS dan bisa mendorong kurva imbal hasil euro bergerak menukik – perdagangan ketika kita mengambil posisi bullish dalam obligasi jangka pendek dan mengurangi paparan jangka panjang untuk mengantisipasi kurva imbal hasil yang curam. Ini diakibatkan melonggarnya kebijakan moneter dan defisit fiskal mendukung pandangan kami bahwa investor tidak mendapatkan imbalan yang setimpal dari obligasi jangka panjang. Kami lebih mendukung posisi ini untuk mengimbangi risiko durasi. Untuk menyeimbangkan kurva yang curam dalam portofolio, kami juga lebih condong memilih kurva di Jepang yang cenderung rata. Bank Sentral Jepang sedang mengupayakan normalisasi kebijakan moneter menggunakan kenaikan suku bunga dan pengurangan neraca. Pasalnya, inflasi makin meningkat dalam ekonomi Jepang setelah lebih dari dua dekade.
Volatilitas pasar obligasi mungkin tetap tinggi pada tahun 2025. Kami pikir, ini juga momen yang tepat untuk bertransaksi durasi secara taktis, dengan menyesuaikan sensitivitas portofolio terhadap suku bunga dengan perubahan kondisi pasar. Di AS, kami cenderung mendorong investor untuk menambah aset risiko ketika ada lonjakan imbal hasil dan ketika pasar menunjukkan tanda-tanda stagnan, dengan gagal mempertimbangkan sekecil apa pun kemungkinan hard landing. Selektivitas dalam hal negara juga akan menjadi kuncinya. Inggris dan Australia adalah negara dengan dinamika risiko/hasil yang lebih baik untuk durasi karena dari pandangan kami, siklus pemotongan tingkat suku bunga mereka lebih rendah dan imbal hasil riil yang ditawarkan juga menarik.
Risiko reflasi
Kepemilikan portofolio yang terlindung dari inflasi adalah langkah yang bijak dalam kondisi saat ini. Ada sejumlah faktor yang dapat menyebabkan harga naik: tingkat akomodasi kebijakan saat ini sedang ditetapkan, perang dagang, risiko lonjakan harga minyak dan energi mengingat ketidakpastian dalam kondisi geopolitik, dan masalah struktural – seperti pemangkasan rantai pasokan dan implikasi kebijakan transisi iklim. Bersamaan dengan semua kondisi itu, kami memandang risiko ini dinilai terlalu rendah dalam tingkat inflasi break-even (titik impas).
Dalam pasar mata uang, performa baik relatif AS dibandingkan dengan negara lainnya mungkin mengalami penurunan hingga 2025. Hal ini tidak mendukung dolar AS, meskipun prosesnya bisa saja tidak merata dan bergantung pada kebijakan perdagangan AS. Kemenangan Trump berhasil memberikan dorongan awal terhadap dolar AS, meskipun kita masih harus membuktikan mampu tidaknya kondisi ini bertahan lama.
Dalam aset spread, utang pasar negara berkembang telah terbukti tangguh melalui meningkatnya risiko geopolitik, ketidakstabilan pasar, pemilihan umum, dan perubahan pada ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Pada tahun 2025, fundamental pasar negara berkembang akan makin solid dan arus investasi tampaknya akan kembali ke kelas aset. Dalam hal ini, kami melihat banyak peluang dalam obligasi mata uang lokal dan obligasi berimbal hasil tinggi dengan mata uang tinggi tertentu, terlepas dari arah gerak dolar AS. Dalam pasar valas negara berkembang, kami lebih mendorong pendekatan dengan nilai relatif agar investor dapat memanfaatkan perbedaan harga sementara antara mata uang.
Dalam obligasi korporasi, spread untuk obligasi dengan imbal hasil tinggi dan obligasi layak investasi cenderung sempit. Saat suku bunga turun, kami berpendapat bahwa spread yang ketat tidak akan menghentikan investor merencanakan alokasi reksa dana pasar uang mereka ke obligasi. Imbal hasil dari obligasi tetap menarik dan didukung latar belakang teknikal yang solid. Dalam hal investasi berimbal hasil tinggi, kami memperkirakan obligasi jangka pendek akan menguat karena risiko durasi spread yang panjang tidak menawarkan premi imbal hasil yang memadai saat ini. Floating-rate notes yang sebagian besar dikeluarkan oleh perusahaan-perusahaan dengan peringkat tinggi juga terus menyediakan spread imbal hasil yang menarik. Ini juga bisa berperan sebagai lindung nilai terhadap penetapan harga ulang yang tak terduga pada inflasi dan suku bunga yang lebih tinggi dalam jangka waktu yang lebih lama.
APA FOKUS UTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN INVESTOR PADA TAHUN 2025?
Kami akan mengamati ketat gerak dolar AS pada tahun 2025: Apakah kinerja ekonomi AS yang relatif lebih unggul dibanding negara lain di seluruh dunia mampu mendorong dolar AS terus menguat pada 2025? Atau, apakah dolar sudah mencapai angka pembelian yang berlebihan, dengan kondisi pasar yang terlalu pesimistis terhadap pertumbuhan ekonomi di luar AS?
Perlunya pendekatan dinamis
“Pada tahun 2025, pendekatan gesit terhadap alokasi aset akan berperan sangat besar. Portofolio yang beragam merupakan titik awal yang krusial. Investor juga harus mengelola volatilitas secara aktif sebagai kunci membangun perlindungan yang dinamis. Kami menganggap kondisi tersebut menjadi pengingat untuk memilih aset dengan pendekatan bottom-up dan mengelola investasinya dengan aktif.”
Gregor MA Hirt
Global CIO Multi Asset
Kami memperkirakan tahun 2025 akan dimulai dengan berlanjutnya momentum positif bagi asetaset yang berisiko, terutama ekuitas, dan investor aktif secara keseluruhan bisa tetap optimistis. Secara historis, bulan-bulan pertama cenderung positif. Dari data ekonomi terbaru, khususnya dari AS, kondisinya juga positif sehingga mampu meningkatkan penjualan dan pendapatan perusahaan. Kami memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga lebih lanjut guna membantu meningkatkan likuiditas di pasar, setidaknya untuk sementara waktu.
Trump menjanjikan penurunan tarif pajak dan deregulasi akan terus membawa sikap positif di pasar dan menguntungkan margin perusahaan, seperti yang terjadi setelah tahun 2016. Jika hal-hal ini mengarah pada periode tenang di pasar ekuitas, investor dapat meningkatkan posisi ekuitasnya.
Kami melihat kondisi ini akan sangat mendukung ekuitas AS, terutama dalam bidang berikut:
- Emiten dengan kapitalisasi kecil menawarkan valuasi yang menarik, dan kami memperkirakan arah yang lebih positif lagi bagi emiten tersebut berkat dukungan fiskal dan pertumbuhan ekonomi.
- Sektor teknologi secara keseluruhan akan terus menunjukkan kinerja yang baik, terlepas dari valuasinya yang tinggi, dan berkat dukungan harga energi yang lebih rendah serta kemungkinan tindakan anti-monopoli di bawah rezim Trump.
- Bank-bank AS akan berkembang dengan prospek deregulasi yang pesat.
Pertumbuhan ekonomi AS yang lebih solid dibanding Eropa merupakan salah satu alasan kami memperkirakan ekuitas AS mampu mengungguli ekuitas di zona euro. Namun, pasar ekuitas tidak boleh disamakan dengan kondisi ekonomi dalam negeri. Misalnya, banyak perusahaan dalam Euro Stoxx 50 yang menarik sebagian besar penjualan mereka dari AS dan siap memetik keuntungan dari ketahanan ekonomi AS.
Meskipun termasuk “sedikit kepemilikannya” (under-owned) dan memiliki valuasi yang menarik, pasar Eropa masih tertinggal dalam hal teknologi dan kecerdasan buatan AS dan Tiongkok. Undangundang ketenagakerjaan dan defisit struktural lainnya menjadi tantangan lain bagi perusahaanperusahaan Eropa. Sementara itu, Tiongkok tetap sulit diprediksi akibat isu-isu struktural. Namun, ada potensi arah positif dari kebijakan-kebijakan yang mendukung.
Pemisahan akan menjadi tren besar
Kelas aset pendapatan tetap dengan imbal hasil yang tinggi cenderung akan diuntungkan dengan ketahanan kondisi ekonomi secara umum. Namun, kami lebih optimistis terhadap ekuitas daripada aset berimbal hasil tinggi AS dalam portofolio multi-aset kami, terutama karena investor ritel cenderung lebih menyukai aset likuid pada akhir siklus konstruktif.
Bertentangan dengan pandangan kami terhadap ekuitas, kami merasa gerak obligasi Eropa mungkin akan berbeda dari AS. Sementara inflasi makin menurun, Uni Eropa menghadapi tantangan lebih besar, khususnya dengan pemilihan umum mendatang di Jerman dan potensi ketidakstabilan politik di Prancis.
Faktor utama yang perlu diperhatikan pada tahun 2025 adalah cara The Fed merespons potensi reflasi ekonomi yang timbul dari kebijakan fiskal pemerintahan AS yang baru dan dampaknya terhadap pasar. Dolar AS dinilai terlalu tinggi dan, dalam kondisi normal, trennya akan menurun karena pemangkasan suku bunga oleh The Fed dan aset berisiko berkinerja lebih baik daripada aset stabil. Namun, jika rencana belanja Trump membuat ekonomi AS mengalami overheat, The Fed mungkin harus menaikkan suku bunganya. Ini dapat berdampak negatif pada aset-aset berisiko. Mengingat valuasinya yang tinggi dan kenaikan yang signifikan sejak Maret 2020, pasar ekuitas mungkin harus berhenti sejenak pada tahun 2025 untuk menilai kembali situasi yang ada.
Dalam skenario ini, obligasi mata uang lokal pasar negara berkembang dapat mengalami kesulitan sehingga alokasi yang fleksibel dan tidak saling terkait dengan pasar akan lebih menguntungkan.
Pasar obligasi sudah mempertimbangkan sejumlah risiko overheating dalam perekonomian, sebagaimana terlihat dari melandainya kurva imbal hasil AS antara September dan kuartal keempat 2024. Namun demikian, rebound inflasi dan persepsi baru mengenai The Fed yang terlambat mengatasi masalah ini dapat memicu meningkatnya tekanan dari pengamat obligasi, yang memprotes kebijakan dengan cara menjual obligasi. Untuk menilai risiko pasar mendatang, investor harus mengamati evolusi permintaan Treasury berjangka panjang.
Dalam jangka panjang, de-dolarisasi dapat dianggap menarik jika Trump menetapkan kebijakan geopolitik yang radikal. Jika terjadi demikian, ekonomi negara lain mungkin akan berusaha membangun blok mata uang mereka sendiri.
Kekuatan geopolitik akan mengendalikan komoditas
Komoditas biasanya berkinerja baik di tengah kondisi fiskal positif dan pemangkasan suku bunga. Namun, kini mungkin berbeda. Keinginan Trump untuk meningkatkan eksplorasi minyak dan gas dapat meningkatkan suplai, sementara potensi berakhirnya konflik antara Rusia dan Ukraina dapat makin menekan harga minyak dan gas. Kita mungkin akan melihat harga minyak bergerak sampai sekitar USD 50-70 per barel. Sebagai komparasi, harganya baru-baru ini yaitu USD 70-90. Dalam hal tail risk, meningkatnya ketegangan antara Israel dan Iran dapat menyebabkan lonjakan jangka pendek.
Komoditas tembaga bisa diuntungkan dari bantuan ekonomi jangka pendek di Tiongkok. Emas tetap menjadi aset favorit karena terpisah dari dolar AS dan imbal hasil riil, serta didukung oleh pembeli dari pasar negara berkembang di lingkungan geopolitik yang penuh ketegangan.
Pada tahun 2025, pendekatan gesit terhadap alokasi aset akan berperan sangat besar. Portofolio yang beragam merupakan titik awal yang krusial. Investor juga harus mengelola volatilitas secara aktif sebagai kunci membangun perlindungan yang dinamis. Kami menganggap kondisi penghambat, dan bahkan mengkhawatirkan, di pasar ekuitas menjadi pengingat bagi para investor untuk memilih aset dengan pendekatan bottom-up dan mengelola investasinya dengan aktif.
APA FOKUS UTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN INVESTOR PADA TAHUN 2025?
Kenaikan tarif AS dan kemungkinan babak retaliasi adalah risiko utama pada awal tahun 2025. Namun, fokus pasar akan segera beralih untuk menilai dampak kebijakan fiskal AS dan pembatasan imigrasi. Keduanya akan berdampak pada pendapatan obligasi dan laju inflasi, yang akan sulit untuk diserap pasar ekuitas pada titik tertentu.
Peluang melimpah ruah
“Dengan demokratisasi pasar privat, berarti akan makin banyak modal privat yang tersedia untuk transformasi. Namun, seiring dengan itu, akan makin banyak pula klien ritel yang berpartisipasi dalam potensi pertumbuhan kelas aset ini.”
Deborah Zurkow
Global Head of Investments
Transaksi dan penggalangan dana kembali meningkat pada tahun 2024 setelah sempat melambat tahun lalu. Seiring kita menyambut tahun 2025, kami memperkirakan adanya momentum yang lebih besar berdasarkan asal transaksi yang meningkat. Meskipun utang privat sudah bertransformasi dalam dua tahun terakhir, yang juga akan terus berlanjut, kami juga melihat valuasi ekuitas akan dinilai kembali. Dengan normalisasi harga ini, akan ada lebih banyak transaksi di pasar. Valuasi telah mencapai rekor tertingginya sebelum faktor peredam inflasi, kenaikan suku bunga, dan krisis energi yang menyusul setelah serangan ke Ukraina.
Krisis geopolitik juga berdampak pada pasar privat dan valuasi. Namun, kelas aset tersebut telah membuktikan kemampuannya melewati masa penuh ketidakpastian dengan floating rate dan atribut terkait inflasi. Selain itu, krisis geopolitik cenderung bersifat jangka pendek, sementara investor dalam kelas aset ini sering kali memiliki visi investasi jangka panjang – mungkin hingga beberapa dekade.
Pada tahun 2025, kami yakin akan ada lebih banyak penggalangan dana di pasar privat. Investor merasa nyaman dengan kinerja baiknya baru-baru ini, bahkan di lingkungan yang lebih volatil sekalipun. Dengan suku bunga yang kembali turun, kondisi pasar akan kembali seimbang sehingga akan menciptakan peluang baru dengan ketentuan yang menarik.
Dalam instrumen utang privat dan pembiayaan perdagangan, ada banyak pilihan bagi investor. Misalnya, dengan peluang baru yang muncul, pasar sekunder, utang infrastruktur, dan tematik kredit privat, serta dalam pendanaan perdagangan yang kini berfokus pada peran investor institusi.
Perlu segera berinvestasi
Laporan terbaru dari Mario Draghi, mantan Presiden European Central Bank, memperkirakan bahwa agar bisa bersaing, Uni Eropa perlu berinvestasi sebesar EUR 750-800 miliar per tahun dalam bidang transformasi digital, transisi ramah lingkungan, dan pertahanan.1
Meskipun kebutuhan akan investasi ini mendesak, defisit publik juga meningkat. Tanpa modal privat, investasi ini tidak memungkinkan. Ini membuka peluang yang melimpah ruah bagi investor. Mereka bisa mendapatkan profil risiko-imbal hasil yang menarik berkat revaluasi proyek. Banyak proyek besar yang memerlukan pendanaan, seperti modernisasi jalan dan transportasi umum, pembangunan infrastruktur digital dan pusat data, serta infrastruktur dan fasilitas sosial. Dalam proyek semacam ini, dibutuhkan mitra yang telah terbukti memiliki rekam jejak dan pengalaman dalam proyek jangka panjang.
Infrastruktur mendorong pembangunan ekonomi dan masyarakat di banyak negara. Selama siklus pemilu yang intensif pada tahun 2024, terlihat beberapa proyek ditunda. Namun, mengingat ini adalah layanan dasar yang sangat penting, proyek yang tertunda ini akan ditangani ketika pemerintahan baru terbentuk. Penyediaan layanan dasar sangatlah penting untuk mendukung populisme yang sedang tumbuh demi menghindari ketidakstabilan politik.
“Dampak” makin signifikan
Proyek-proyek baru akan terus mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan, sosial, dan tata kelola. Relevansi kredit privat berdampak yang makin signifikan mencerminkan kebutuhan akan modal privat untuk mendukung karbonisasi dan digitalisasi sekaligus menghasilkan dampak positif bagi masyarakat – dan imbal hasil bagi investor. Menurut perkiraan kami, tren ini akan terus berlanjut dan akan menarik perhatian yang lebih luas lagi dari investor institusional di Asia dan kawasan lain, terutama juga terkait strategi yang membantu mendorong transisi energi.
Tren lain yang kami perkirakan akan terus berlanjut adalah pertumbuhan pasar sekunder. Meskipun instrumen ini telah ditetapkan dalam bidang ekuitas privat, pasar sekunder ekuitas infrastruktur dan utang privat masih terus tumbuh. Pasar sekunder tidak hanya mempercepat pengembangan modal, tetapi juga membantu mendiversifikasi portofolio. Mengingat besarnya pasar primer infrastruktur dan utang privat, serta keterbatasan likuiditas, kami memperkirakan akan lebih banyak transaksi pasar sekunder pada tahun 2025. Namun, ini hanya akan tersedia bagi yang memiliki jaringan baik sebagai investor pasar primer, pengetahuan internal untuk menjalankan transaksi tersebut, dan kemampuan negosiasi untuk mencapai kesepakatan yang relevan dengan diskon besar.
Terakhir, dengan dirilisnya peraturan Dana Investasi Jangka Panjang Eropa (European Long-Term Investment Fund/ELTIF) 2.0, pasar privat kini lebih aksesibel bagi klien ritel. Dengan demokratisasi pasar privat, berarti akan makin banyak modal privat yang tersedia untuk transformasi. Namun, seiring dengan itu, akan makin banyak pula klien ritel yang berpartisipasi dalam potensi pertumbuhan kelas aset ini. Platform analis Scope Group memprediksi bahwa volume ELTIF akan meningkat hingga antara EUR 30-35 miliar pada akhir tahun 2026, dengan minimal 20 ELTIF baru di pasar tahun depan.2 Namun demikian, investor harus menyadari karakteristik dan risiko yang terkait dengan investasi pasar privat, seperti jangka waktu investasinya yang panjang. Investor harus meminta saran untuk membuat keputusan yang matang berdasarkan informasi yang memadai.
Mitra satu visi
Investasi di pasar privat merupakan pilar utama dalam portofolio banyak klien institusional. Kami yakin bahwa kelas aset utang privat dan infrastruktur akan terus memberikan peluang yang menarik. Menyusul perubahan peraturan yang ada, pasar privat kini lebih menarik sebagai tujuan investasi bagi banyak klien. Dengan ini, timbul pula tanggung jawab membimbing investor baru agar mereka mengambil keputusan yang matang berdasarkan informasi yang memadai. Dengan lebih banyak grup klien, lebih banyak proyek yang memerlukan pendanaan, dan lebih sedikit pemain di pasar privat, kami memperkirakan akan ada banyak proyek baru dan perusahaan yang memerlukan pendanaan. Mereka pun akan memerlukan mitra satu visi dengan keahlian dan pengalaman yang sudah teruji.
Bagan 3: Amerika Utara dan Eropa bersaing menjadi pasar terdepan
Infrastruktur AUM* berdasarkan fokus wilayah
Sumber: Preqin
* Angka AUM tidak termasuk dana dalam denominasi renminbi
Semua nilai berlaku per akhir tahun. Agar tidak terjadi penghitungan ganda, total tidak termasuk pasar sekunder dan fund of fund (FOF).
APA FOKUS UTAMA YANG HARUS DIPERHATIKAN INVESTOR PADA TAHUN 2025?
Berinvestasi pada infrastruktur adalah bekal masa depan. Dari digitalisasi, transisi energi, hingga peningkatan infrastruktur yang ada, investasi besar diperlukan untuk mempercepat kemajuan dan pertumbuhan. Kami memperkirakan akan ada lebih banyak peluang yang terbuka pada tahun 2025, terutama dalam hal utang infrastruktur.
1 EU competitiveness: Looking ahead - European Commission, September 2024.
2 A new era: overview of the ELTIF market 2023/2024, Scope Fund Analysis, dipublikasikan 15 Mei 2024